Pages

16 September 2012

Aku, Ayah dan Vespa

Aku selalu suka saat-saat dimana aku bersama ayah. Bersama ayah aku merasa nyaman. Bersama ayah aku aman. Karena ayah melindungiku.
Aku suka saat naik vespa bersama ayah. Saat aku berada di boncengan ayah. Aku bisa memeluk ayah dari belakang. Terasa hangat dan menenangkan. Aku suka bau jaket tebal ayah. Apalagi jaket tebal yang berwarna hijau. Empuk sekali rasanya. Ada bau harum parfum melon. Parfum kesukaan ayah.
Vespa ayah berwarna putih sedikit kebiru-biruan, seperti warna kulit telur asin. Ayah bilang, vespanya dibeli tahun 1995 bareng sama tahun kelahirannya adek. Vespa yang selalu menemani ayah selama bertahun-tahun menempuh jarak 20 km demi murid-murid ayah di sekolahnya. Ayahku selalu berangkat pagi-pagi dengan vespanya setelah sarapan dan minum kopi buatan ibu.
Tapi, sekarang vespa itu sudah pensiun. Vespa itu ditaruh di rumah om-ku. Menemani vespa hijau om-ku.  Kata ayah, biarkan si vespa dirawat om saja. Dia sudah kenyang dirawat ayah.
Oh ayah, aku rindu naik vespa bersamamu. Berangkat les, pulang les, kemana pun aku minta diantar, pasti selalu ada aku, ayah, dan vespa.
Dulu waktu masi belum ada mobil, aku, ayah, ibu, adik kemana-mana naik vespa ayah. Satu vespa untuk empat orang. Waktu aku sama adek masi kecil, kita berdua selalu diantar ayah pake vespa kalo mau les sempoa. Biasanya aku di boncengan sering ngantuk, ayah selalu kerasa kalo aku ngantuk. Trus biasanya ayah langsung nyubit tanganku yang meluk pinggang ayah. Kalo udah gitu, aku biasanya nggak ngantuk lagi.
Aku juga suka waktu aku sama adek pake baju kembaran, trus dibonceng ayah pake vespa. Habis itu diajak pergi ke rumah kakek-nenek dari ayah. Ihh….suka deh pokoknya.
Ayah…vespanya jangan dijual ya. Nggak papa dititipin ke om, tapi jangan dijual ya, Ayah. Nanti, biar aku bisa ngasih tau anakku. Sayang, itu vespa eyang. Dulu eyang nganter bunda pake vespa itu

7 September 2012

Short Story From Melaka #2


Second day, 25 Aug 2012

Saya terbangun pukul 10.30 waktu setempat. Entah kenapa ngantuk sekali rasanya hingga baru terbangun jam segitu. Setelah beres-beres dan mandi, kami bertiga alias saya, mbak bita, dan eca pergi mencari sesuap nasi demi keberlangsungan hidup #halah Akhirnya kami menuju kedai mamak di ujung jalan, nama kedainya adalah kedai KS 'Kenang Selalu'. Mungkin itu doa dari pemilik kedainya ya, biar kedainya selalu dikenang sama pengunjungnya. Setelah memilih menu, saya memutuskan untuk memesan ayam madu karena sepertinya makanan ini tidak pedas, maklum saya punya maag dan karena jauh dari kampung halaman saya tidak ingin mencari gara-gara bagi lambung saya. Untuk minumnya saya pilih Teh O C yaitu teh dicampur dengan susu, karena saya nggak ngerti mau pesen apa lagi :"
Makanan pun diantar ke meja kami,first impression 'ini ayam dilumurin madu beneran ya,kok ada kuah supnya,nggak nyambung'. Suapan pertama,rasanya lumayan sih. Nasi lemak yang gurih dicampur sama ayam yang manis, not bad lah. Tapi lama-lama berasa eneg juga. Kenyang bangeeet.. Rasanya sampe malem pun nggak bakal laper deh.
Nasi Ayam Madu


Suasana Kedai
 Setelah selesai makan kami kembali ke asrama untuk kembali istirahat. Toko-toko di sini masih banyak yang tutup, maklum masih suasana lebaran kali ya, jadi masih mager mau buka toko. Hanya ada tempat beli lotre dan internet cafe yang sudah buka. Kami mengamati jalan disini naik turun seperti bukit, pantas saja tak ada becak disini. Capek kali ya tukang becaknya kalo harus ngayuh becak naik turun bukit.

Oiya, sekedar informasi. Di sini ada air minum isi ulang sendiri pake mesin. Untuk harganya itu tiap isi 500ml bayar 10 sen. Murah meriah ya. Entah kenapa di sini rakyat sepertinya makmur sekali. Selama dua hari ini saya belum melihat ada orang yang minta-minta di pinggir jalan, pengamen di dalam bus pun juga nggak ada.

Siang-siang pas lagi asik nulis di laptop, tiba-tiba Eca ngajakin bolang. Boleh juga deh, pengen tau Melaka Sentral yang dibilang Pak Ip kemaren. Akhirnya kami bertiga pun bersiap untuk melancong. Serasa turis di sini. Sewaktu kami ingin melapor ke tempat satpam asrama, kami dikira orang bagian Trengganu. Katanya kami sama sekali tidak mirip dengan wajah orang Indonesia. Emang selama ini wajah Indonesia yang mereka kenal seperti apa ya -.-"

Kami menunggu bus di halte bus depan kedai mamak. Memang benar kata Pak Ip, disini bukan bus yang menunggu penumpang tetapi penumpang yang menunggu bus. Lama sekali kami menunggu bus hingga ada taksi yang lewat, sopir taksi menanyakan kemana kami akan pergi. Kami bilang ke Melaka Sentral. Lalu sopir taksi bilang 'Melaka Sentral 3 ringgit'. Kami berpikir lama sekali, sambil hitung-hitung. Setelah itu kami putuskan untuk meng-iya-kan tawaran sopir taksi tersebut. Di sini biasanya taksi disebut dengan 'teksi' atau 'kereta sewa'.

Akhirnya setelah muter-muter ga tau ke arah mana, kami bertiga nyampe juga di Melaka Sentral. Tujuan utama kami adalah mencari provider mobile phone di sini. Sebelum itu saya nyoba ngambil uang di 7Eleven, di sana ada ATM Bersama, saya pikir bisa ambil uang di sana. Alhamdulillah, ternyata bisa juga ambil uang di sini. Setelah itu kami keliling mencari tempat penjualan provider ponsel. Kami menuju sebuah kios kecil, di sana ada seorang laki-laki mungkin usianya di atas saya sedikit. Sewaktu kami menanyakan tentang provider yang sering digunakan disini, dia sempat bingung dengan bahasa kami. Kemudian dia menjelaskan dengan bahasa Melayu dan gantian kami yang roaming. Nggak paham apa maksudnya. Lalu dia mengambil brosur dari salah satu provider dan menunjukkannya kepada kami. Brosur tersebut digunakannya untuk membantu menjelaskan apa yang dia maksud. Akhirnya kami sedikit-sedikit paham, begitu juga si mas penjual tersebut. Setelah kami bertiga berifikir lama, akhirnya kami memutuskan untuk membeli salah satu provider dengan anggapan provider tersebut lumayan murah buat telepon ke Indonesia, SMS, sekaligus langganan BlackBerry full service selama 1 bulan.

Setelah urusan provider selesai, kami menuju surau/musholla untuk shalat ashar karena waktu setempat sudah menunjukkan pukul 17.00. Setelah selesai shalat, kami menuju ke pengkhidmatan bus domestik atau terminal bus dalam kota untuk kembali ke asrama kami. Setelah bertanya mana bus ke Bunga Raya (nama tempat tinggal kami), akhirnya salah seorang sopir menunjuk ke arah sebuah bus. Setelah itu kami naik ke bus tersebut dengan membayar uang sebesar 1RM. Lalu kami duduk di tempat duduk paling belakang, karena hanya itu tempat duduk yang tersisa.

Sungguh rasanya masih tidak percaya bahwa saya sekarang sedang berada di negeri orang, bukan Indonesia, bukan kampung halaman saya, Trenggalek. Saya jauh dari orang tua, bukan hanya sebatas Trenggalek-Surabaya tetapi Trenggalek-Melaka. Beribu-ribu syukur serasa kurang jika dibandingkan dengan nikmat yang Allah berikan kepada saya. Selama perjalanan saya mengamati ke luar jendela, banyak bangunan tua gaya Belanda yang masih apik.Kami melewati sebuah bangunan yang berwarna merah, banyak becak-becak yang dihias di sana. Rasanya ingin turun, tapi kami harus pulang karena hari hampir petang. Kami juga melewati kampus UTeM Bandar, Dataran Pahlawan, dan entah mana lagi. Karena sudah 2 jam kami di perjalanan dan kami belum menemukan halte dekat tempat tinggal kami, saya merasa ada yang janggal 'jangan-jangan kami salah bus', pikir saya saat itu. Dan saat melewati sebuah jalan yang rasanya tak asing, saya berbisik kepada sahabat saya, Eca,'Ski, ini bukannya bangunan Melaka Sentral ya?' lalu Eca menjawab 'bukan cim, ini bukan Melaka Sentral'. Namun setelah saya menoleh lagi ke sebelah kanan saya, ada tulisan 'Melaka Sentral' di atas bangunan itu. 'Ya ampun, iya cim. Ini Melaka Sentral ternyata. Jadi kita muter-muter trus balik lagi ke sini. Ya ampuun..,' Eca baru tersadar. Kami bertiga pun tertawa sendiri. Lucu sekali, pengalaman pertama naik bus langsung nyasar, muter-muter keliling Melaka. Untungnya kami tadi cuma membayar karcis sebesar 1 RM.

Akhirnya kami bertiga pun kembali bertanya kepada orang-orang di sekitar terminal, bus mana yang memiliki tujuan Bukit Beruang. Ternyata nama daerah kami bukan Bunga Raya, tapi Bukit Beruang. Hahahaaaa.. Akhirnya setelah penantian lama. Sopir bus yang menuju Bukit Beruang pun datang. Dan kami naik bus tersebut, berharap agar tidak salah bus lagi.

Pelajaran yang bisa diambil: Sudah bertanya masih sesat di jalan apalagi kalo malu bertanya

5 September 2012

Short Story From Melaka #1


First day, 24 Aug 2012

Finally, setelah perjuangan yang panjang dari awal apply UTeM Student Exchange Program, nyari recommendation letter dari dosen-dosen, berburu sponsor kemana-mana yang akhirnya hanya PHP (Pemberi Harapan Palsu) banget, ngurus paspor, tiket keberangkatan dan segala macemnya, tibalah saat saya dan teman-teman saya harus berangkat meninggalkan negeri tercinta, Indonesia. Ada delapan orang yang diberangkatkan untuk UTeM Student Exchange Program ini, yaitu mbak Tatbita Titin yang biasa kami panggil mbak Bita, Troy Agung (Troy), Robertus Willy (Willy), Bahalwan Apriyansyah (Rian), Elsa Camelia (Eca), Satria Oktaufanus (Satria), Fathia Mahmuda (Fathia), dan saya sendiri, Nabila Silmina. Untuk keberangkatan via Juanda ada tujuh orang kecuali Fathia. Fathia berangkat via Cengkareng pada tanggal 27 Agustus nanti.

Semuanya adalah pilihan, begitupun mengikuti program student exchange ini. saya harus meninggalkan kasur empuk saya dirumah, bau masakan ibuk dirumah, suara keras ayah saat membangunkan tidur untuk shalat subuh, teriakan-teriakan adik saya, kehebohan teman-teman jurusan di kampus tercinta saya, ITS, juga ke-alay-an anak-anak kelas Q, judesnya gea, lembutnya ninin, tegesnya sasha, rajinnya adhek waktu ngingetin ngumpulin lapres, lucunya fiqi, byra yg suka stand up comedy, tole si medhok jowo trendsetter 'yo iki yo kuwi yo kae', satrio yang suka yoyo, edwin yang sok ganteng :p , odhi yang medhok jawa tengah banget, nofindaa si manchunian, ezra yang hobi tidur, kangen semuanyaaa.

Juanda International Airport - Surabaya

Saya berangkat ke Juanda ditemani ibuk, ayah, adik, tante, om, dek alfan & fio. Saat saya tiba di Juanda, sudah ada Bahalwan, Eca, mbak Bita, dan Willy. Kami masih menunggu 2 orang teman kami, Troy dan Satria. Namun setelah beberapa pertimbangan akhirnya kami memilih check-in duluan. Setelah melewati baggage drop counter dan tempat tax bandara, kami keluar kembali ke tempat international departure, ada banyak teman angkatan Veresis yang datang mengantar kami. Sungguh saya terharu, saya ingin mengeluarkan airmata tapi otak saya melarangnya. Saya tidak ingin menangis di depan teman-teman saya, tidak ingin membuat mereka bersedih karena kepergian sementara saya ke Malaysia ini. Saya ingin meninggalkan senyum di wajah mereka dan membuat mereka bangga nantinya.
Ninin yang langsung menangis saat saya memeluknya. I'm okay, Ninin. You shouldn't have teardrops yesterday. Saya disambut pelukan dari teman-teman angkatan saya. Ada ninin, sasha, gea, cilo, dellis, adhek agni, satrio, isfah, edwin, hanif komting, didi, dean, hana, dan siapa lagi yang saya lupa belum saya sebutkan *sorry :(
Setelah berpelukan ria, komunal kecil serta doa bersama yang dipimpin komting kami, Hanif Pradipta. Kami bertujuh menuju tempat check in lagi dan langsung naik ke lantai dua yaitu untuk cek ke bagian imigrasi, dan menuju ke waiting room. Saat kami mengantri untuk pemeriksaan barang bawaan yang di kabin untuk terakhir kalinya, teman saya Eca diminta untuk meninggalkan air mineral dan shampoo yang baru dibelinya, petugas bilang kalau dilarang membawa cairan di atas 100ml. Padahal di ransel saya ada banyak barang liquid, ada acne wash, parfum, shampoo, conditioner. hahahaaa..
Setelah itu kami menuju pesawat, sudah ada pramugari yang cantik semampai di dalam pesawat. Si pramugari cantik tidak ada lelah-lelahnya tersenyum dan mengucapkan kalimat selamat datang 'Selamat datang di Air Asia'. Setelah itu saya menuju nomor kursi saya. Saya bertukar tempat duduk dengan Willy, Willy lebih memilih duduk di seat paling pinggir dekat jalan dan saya memilih di seat yang dekat dengan jendela. Di seat tengah ada bahalwan. Honestly, it was my first flight dan langsung flight ke luar negeri. Dua tahun yang lalu saat saya menjemput ayah ibu saya di Juanda setelah dua bulan beliau berada di Jakarta karena operasi ayah saya, saya mengatakan seperti ini kepada ibu,"kapan ya buk mbak bisa naik pesawat? Belum pernah naik pesawat lho buk, padahal udah segede ini". Dan alhamdulillah, puji syukur kepada Allah, sekalinya saya naik pesawat langsung flight melalui International Departure :)
Iseng-iseng foto waktu di dalam pesawat

Pesawat udah flight

Iseng-iseng foto lagi

Di dalam pesawat saya banyak ngobrol dengan willy dan rian, lama-lama kami bertiga mengantuk. Saya pun tertidur di pesawat. Sekali-sekali terbangun dan melihat ke arah luar jendela pesawat. Sejauh mata memandang yang tampak hanyalah warna putih awan di langit, seperti bola-bola kapas raksasa. Sesekali pesawat seperti terguncang, karena memang cuaca sedang tidak baik. Ada mendung yang nampak abu-abu, namun tidak berlangsung lama cuaca kembali membaik. Rasanya ingin sekali cepat tiba di bandara dan langsung merebahkan badan di kasur.

KL-LCCT Malaysia

Alhamdulillah pukul 19.00 waktu Malaysia, kami tiba di Kuala Lumpur-LCCT, Selangor. Berbeda dengan di rumah saya, di sini pukul 19.00 terlihat seperti baru saja menjelang sore petang. Langitnya masih cerah. Suasana bandara ramai sekali, ada banyak Polisi Diraja Malaysia yang bertubuh besar berjalan di sekitar bandara. Kami bertujuh menuju ke arah International Arriving dan bingung saat berada di dalam. Setelah bertanya ke bagian imigrasi,kami disuruh untuk langsung mengantre di bagian Foreign Passport. Setelah mengantre dan menyelesaikan urusan imigrasi yang ternyata hanya butuh waktu tidak le bih dari 5 menit, kami menuju ke bagian barang-barang. Hanya tinggal koper kami yang tergeletak tak bertuan di sana.Hahahaa.. Setelah itu kami bertujuh menuju ke arah exut gate. Kami mencari tulisan 'ITS'. Dan taraa.. Ada seorang bapak-bapak yang berusia sekitar 40an tahun membawa kertas tersebut. Setelah itu kami berkenalan, bapak tersebut bernama pak Ip, begitulah beliau menyuruh kami untuk memanggil namanya. Pak Ip kemudian menunjuk seorang wanita yang sedang berjalan ke arah kami, dan ternyata beliau adalah Madam Zulaikha yang selama ini berkomunikasi dengan kami. Ternyata Madam Zulaikha masih muda dan sangat energik, cara bicaranya cepat sekali. Seolah dikejar waktu. Setelah Madam Zulaikha menjelaskan beberapa hal terkait dengan urusan imigrasi, visa, medical check up dsb. Beliau berpamitan untuk meninggalkan kami dan menyuruh kami menghubunginya ada seuatu yang penting untuk ditanyakan. Setelah itu kami dibimbing oleh pak Ip menuju bis kampus. Dan sesampainya di bus kampus, kami dibuat menganga oleh interior bus yang super keren abis *katrok*
Kursinya mirip kursi kendaraan kepresidenan di Indonesia sepertinya *sok tau*. Ada semacam mini bar di belakang tempat duduk terakhir. Kayu yang dipakai untuk interior di dalam bus adalah kayu jati. Subhanallah, sungguh nikmat Allah memang tak terkira. When someone gives you more, Allah gives you more than anything. When you give to someone, Allah will gives you more,more,and moooore. It works. Trust me. Sungguh, keajaiban sedekah memang benar adanya.

Melaka - Malaysia

Setelah meninggalkan KL-LCCT, kami menuju Melaka untuk makan malam. Di sini warung makan disebut dengan kedai mama. Pak Ip bercerita bahwa di sini ada pembatas antara orang chinese dengan melayu, jika orang chinese bertemu dengan sesama chinese mereka akan bercakap atau ngobrol dengan bahasa mandarin, bukan lagi bahasa Melayu. Selain itu tempat makan Cina di sini memang khusus untuk orang Cina, jika orang Melayu lebih sering makan di kedai mama. Pak Ip juga bercerita tentang kebiasaan di sini, bahwa biasanya orang sini sering sekali ke lapak alias nongkrong. Selain itu saat kita makan malam di sebuah kedai mama, pak Ip menjelaskan beberapa menu seperti Teh O. Teh O disini adalah teh kosong atau teh murni tanpa susu. Disini Teh itu adalah campuran antara teh murni dengan susu. Itulah bedanya dengan di Indonesia. Selain itu beliau juga menjelaskan tentang bahasa yang agak berbeda dengan di Indonesia dan sedikit tentang kebiasaan orang sini. Overall orang sini ramah sekali dan akan sangat welcome jika kita juga ramah kepadanya. Mereka sangat terbuka untuk membantu orang lain.
Kami berbincang cukup lama di Kedai Mamak/Warung makan muslim Ayub Bistro. Waktu menunjukkan pukul 23.30 waktu setempat, kami beranjak dari tempat duduk kami menuju bus kampus untuk diantar ke tempat tinggal kami. Willy, Troy, Satria, Rian turun duluan di Emerald Park, tempat tinggal mereka selama disini. Mereka berempat diantar oleh Pak Ip menuju kamar mereka. Setelah itu giliran saya, mbak Bita, dan Eca yang harus turun dari bus kampus menuju tempat tinggal kami yaitu di 'Kolej Kediaman UTeM Bunga Raya Seksyen 3'. Kami mendapat kamar di blok B lantai 2 nomor 2A. Woow..ruangan kami luas sekali, bisa buat gulung-gulung ala Teletubbies. Di dalam ruangan tersebut terdapat 4 kamar, 2 kamar mandi, 9 meja belajar, tempat cuci piring, tempat sepatu, lemari tempat menyimpan makanan, meja ukuran 1x2 meter.
Setelah sampai di kamar kami beristirahat, beres-beres, lalu tiduuuuur..
Di dalam bus eksekutif kampus

Interior dalam bus

Narsis bareng Troy dan Eca