Pages

2 Juni 2012

Long Distance Relationship

Sampai Nanti - Mario Ginanjar 'Kahitna'

Siapa yang tahu nasib seseorang, juga nasib pasangan. Tidak seorangpun yang tahu menurutku. Tidak juga kau dan kita, Kekasihku. Meski sampai saat ini dan nanti, aku berkeinginan kaulah milikku seorang. Tapi ketika jarak mulai membentang dan pertemuan ragawi mulai jarang, sementara nasib terus saja mempunyai rencananya sendiri-yang seringkali berpunggungan dengan keinginan dan asa kita berdua-apa yang mampu kita lakukan, Sayang. Atas alasan itulah, aku mengikhlaskanmu terbang ke negeri orang, untuk kemudian membiarkan nasib melakukan perannya, tanpa kau perlu risau, atau aku was-was tentang segala hal yang bakal terjadi di antara kita berdua.
Toh, tidak akan ada yang pernah bisa menghadang datangnya kuasa Tuhan, Sayang. Tidak juga besarnya rasa sayangku dan rasa sayangmu kepadaku. Karena kau pasti juga sangat tahu, yang terbaik buat kita, belum tentu terbaik buat nasib. Demikian sebaliknya, yang buruk buat kita belum tentu buruk buat nasib. 
"Iya, aku tahu. Yang menjadi pemenang pasti nasib. Kau selalu mengulang-ulang itu," katamu lirih di telingaku, ketika kita berdua rebahan, setelah hampir setengah hari berbenah membereskan barang untuk keperluan hidupmu di negeri rantau.
Tapi, kau melanjutkan kepadaku, "Mengapa harus gentar menanggungkan kesendirian dan keterpisahan ragawi ketika kita masing-masing yakin diciptakan untuk saling mendampingi."
"Apa pun bayarannya," balasku.
"Ya apa pun bayarannya," jawabmu tangkas.
Bahkan kesepian akan kulipat, juga kehampaan yang tak terperikan karena terpisah dari orang yang paling disayang..
***

Tulisan di atas merupakan sedikit cuplikan dari tulisan Mario Ginanjar 'Kahitna' yang berjudul Sampai Nanti. Sudah bisa ditebak latar dari cerita tersebut. Yap, tentang hubungan jarak jauh atau dalam bahasa Inggrisnya Long Distance Relationship, istilah gaulnya LDR. Dan inilah yang sedang aku alami. Sebenarnya hubungan jarak jauh sudah biasa bagiku. Dulu saat awal-awal kami juga harus menjalani LDR ini yaitu Malang-Jakarta (saat dia KP) dan Malang-Surabaya. Tapi entah kenapa, hubungan yang saat ini akan jauh lebih berat rasa-rasanya. Karena selain jarak yang lebih jauh, Surabaya-Jakarta, kesibukannya akan jauh lebih padat mengingat sekarang dia dalam masa training yang ada sistem gugur di dalamnya dan aku tahu dia adalah tipe orang yang serius dalam bekerja. Aku sendiri juga disibukkan dengan kuliah dan kegiatan mahasiswa baru yang masih belum ada habisnya, selain itu ada sebuah project yang harus segera direalisasikan. 
Tapi aku bersyukur, kami berdua akan lebih fokus dalam mengejar cita-cita masing-masing. Dia selalu berkata bahwa mimpi jangan hanya ditulis, tapi kejar dan realisasikan itu. Dia yang selalu mengajarkan kepadaku dan mengikatkanku bahwa masih banyak mimpi-mimpiku yang harus aku capai. 
Hubungan jarak jauh memang berat, seringkali rindu muncul tiba-tiba dan tidak ada yang bisa aku lakukan selain mendoakannya. Hanya itu. Jujur, aku sama sekali tidak pernah merasa curiga kepadanya. Aku selalu percaya bahwa dia pasti melakukan yang terbaik baginya, bagi agamanya, hidupnya dan keluarganya. 
Terimakasih kepada jarak yang telah mengajarkan kepadaku rasa menyayangi seseorang, bersikap dewasa, dan lebih bijaksana :)